Dalam dunia desain, setiap karya yang terlihat indah dan fungsional bukanlah hasil spontanitas semata. Ada proses panjang yang mendasarinya—mulai dari memahami klien hingga menemukan ide yang tepat. Sebagai seorang desainer, saya selalu percaya bahwa desain terbaik lahir dari pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan klien. Untuk menggambarkan proses ini, mari kita lihat studi kasus nyata: bagaimana saya memulai pembuatan brand untuk sebuah café bernama Kopikita.
Tahap 1: Mendengar dan Memahami Brief Klien
Semua berawal dari pertemuan pertama dengan pemilik Kopikita. Ia bercerita bahwa café ini bukan sekadar tempat minum kopi, melainkan ruang untuk berkumpul, berdiskusi, dan merasa “nyaman seperti rumah sendiri”. Pemilik menginginkan sebuah identitas brand yang hangat, bersahabat, dan bisa diterima oleh anak muda hingga pekerja kantoran.
Dari brief tersebut, saya menangkap beberapa kata kunci: hangat, kebersamaan, dan modern sederhana. Kata-kata ini kemudian menjadi fondasi awal dalam mengembangkan ide desain. Tanpa pemahaman yang jelas di tahap awal, proses berikutnya bisa saja melenceng jauh dari harapan.
Tahap 2: Riset dan Inspirasi
Setelah memahami brief, langkah berikutnya adalah riset. Saya mulai dengan mengamati café-café lain di kota yang memiliki target audiens serupa. Saya juga memperhatikan tren desain logo dan interior café saat ini, khususnya yang berhasil menarik anak muda.
Selain itu, saya menggali makna filosofis dari kata kopi dan kita. Kata “kopi” identik dengan aroma, kehangatan, dan energi, sementara “kita” mencerminkan kebersamaan. Dari sinilah saya mulai berpikir: brand Kopikita harus bisa menghadirkan rasa “hangat” dan “terhubung” dalam setiap visualnya.
Tahap 3: Mengolah Konsep Kreatif
Dari riset, saya merumuskan tiga konsep awal:
- Kopikita sebagai tempat berkumpul
Logo menekankan bentuk lingkaran atau meja bundar—simbol dari pertemuan dan kebersamaan. - Kopikita sebagai energi positif
Visual lebih dinamis, menonjolkan bentuk cangkir dengan uap kopi yang membentuk simbol “kita” (dua orang saling berhadapan). - Kopikita sebagai rumah kedua
Menggabungkan elemen rumah dan cangkir kopi, memberi kesan akrab dan nyaman.
Konsep ini saya buat dalam bentuk sketsa sederhana terlebih dahulu. Sketsa adalah cara tercepat untuk menuangkan ide sebelum masuk ke tahap digital.
Tahap 4: Eksekusi Desain Visual
Setelah mendiskusikan tiga konsep tadi bersama klien, pilihan jatuh pada ide kedua: Kopikita sebagai energi positif. Pemilik merasa konsep ini paling sesuai dengan semangat café mereka—menjadi ruang penuh energi untuk berkumpul dan berdiskusi.
Saya kemudian masuk ke tahap digital. Dengan software desain, saya mulai mengolah bentuk cangkir minimalis dengan uap kopi yang bergaya modern. Uap tersebut saya transformasikan menjadi bentuk dua figur sederhana yang seakan saling tersenyum. Warna yang dipilih adalah cokelat hangat untuk menggambarkan kopi, dikombinasikan dengan warna krem sebagai penyeimbang yang menenangkan.
Tipografi juga saya pilih dengan hati-hati. Saya menggunakan font sans-serif yang clean namun sedikit rounded agar terasa ramah, tidak kaku. Nama Kopikita ditulis tegas, tetapi tetap memberi kesan approachable.
Tahap 5: Presentasi dan Revisi
Setelah desain logo siap, saya membuat mockup untuk memperlihatkan bagaimana logo akan tampil di berbagai media: cangkir kopi, signage café, seragam barista, hingga feed Instagram. Visualisasi ini penting agar klien bisa membayangkan identitas brand dalam kehidupan nyata, bukan sekadar melihat logo di layar.
Saat presentasi, klien menyukai arah desain yang dipilih. Namun, ada permintaan revisi kecil pada tone warna agar lebih earthy, sehingga terasa lebih natural dan dekat dengan bahan kopi asli. Revisi ini saya lakukan, dan hasil akhirnya memuaskan kedua belah pihak.
Tahap 6: Hasil Akhir dan Refleksi
Logo final Kopikita berhasil merepresentasikan nilai yang diinginkan: hangat, bersahabat, dan penuh energi positif. Dari brief sederhana tentang “tempat berkumpul”, lahirlah identitas visual yang bisa membedakan Kopikita dari café lain.
Proses ini menunjukkan bahwa desain bukan sekadar menciptakan sesuatu yang indah. Desain adalah komunikasi visual yang lahir dari pemahaman, riset, dan ide yang terarah.
Kesimpulan
Memulai proses desain selalu dimulai dengan mendengar klien, lalu mengolah brief menjadi ide, menguji konsep, dan akhirnya melahirkan karya yang relevan. Studi kasus Kopikita membuktikan bahwa dengan pendekatan naratif—dari cerita pemilik café hingga kehangatan kopi—desain mampu menyampaikan pesan dan membangun identitas brand yang kuat.
Sebagai desainer, tugas kita bukan hanya “membuat logo” atau “mendesain poster”. Lebih dari itu, kita adalah penerjemah visi klien ke dalam bentuk visual yang bermakna. Dan perjalanan dari brief ke konsep kreatif inilah yang membuat desain selalu hidup, penuh tantangan, sekaligus menyenangkan.
Setiap desain hebat selalu berawal dari pemahaman, riset, dan keberanian menuangkan ide. Kalau kamu ingin belajar bagaimana menciptakan karya desain profesional dari konsep hingga eksekusi, ayo mulai perjalananmu di Webmedia Training Center!
Contact Us :
0852 6114 0004
0852 1266 5455